Sugesti dalam Perspektif Hipnosis dan Cara Merancangnya

Posted by SEFRI NALDO on Agustus 23, 2018 with No comments
Hallo, sahabat pembelajar hipnosis dimanapun Anda berada. Izinkan kali ini saya berbagi tentang "Sugesti dalam Perspektif Hipnosis dan Cara Merancangnya. Hal ini berangkat dari kegundahan saya mengamati fenomena para hipnotis dalam memberikan sugesti.
Sugesti dalam perspektif hipnosis adalah input informasi atau materi yang hendak diajarkan (diinputkan) pada suyet. Bagi Anda Hypnotist ataupun Hypnotherapist pemahaman Anda tentang sugesti dan kepiawaian Anda dalam merancangnya, haruslah Anda kuasai dengan baik. Terutama jika Anda berurusan dengan Hypnotherapy. Kenapa demikian?? Ketidakefektifan dalam merancang sugesti bisa berakibat fatal. Bukannya permasalahan klien selesai namun justru memicu munculnya masalah baru. Paling tidak, terapi Anda menjadi kurang efektif dan hasilnya tidak optimal. Tentu Anda tidak menginginkan hal demikian terjadi khan?

Artikel ini, saya ambil dari intisari dari pengalaman pribadi dan buku "Hypnotherapy: the art of subconcious restructuring"
Dalam terapi, sugesti diberikan saat klien berada dalam kondisi "trance" dan diharapkan dijalankan/dilaksanakan setelah klien bangun dari kondisi itu. Sugesti ini dinamakan "Post Hypnotic Suggestion" (PHS).
PHS ini ada dua jenis, yakni yang pertama disebut dengan "non-therapeutic post-hypnotic suggestion (NTPHS) yang tidak mempunyai efek terapeutik dan tidak bermanfaat untuk pengembangan diri, tujuannya lebih kepada hiburan. Biasanya NTPHS digunakan dalam pertunjukan Stage Hypnosis. Misalnya, "Sebentar lagi Saya akan menghitung dari 1 sampai 3, tepat pada hitungan ketiga, Anda buka Mata, dan entah kenapa Anda lupa nama Anda." Apa yang terjadi kemudian? Suyet benar-benar lupa dengan namanya. 
PHS yang kedua adalah "Therapeutic Post-Hypnotic Suggestion" yang bersifat terapeutik dan konstruktif terhadap proses terapi serta secara langsung bermanfaat bagi kemajuan klien. Contohnya: "setiap kali napas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan, Anda langsung merasakan kembali kedamaian dan ketenangan pikirn seperti yang baru saja Anda rasakan di tempat kedamaian Anda".
Selain itu, TPHS juga bisa digunakan untuk mempermudah klien untuk masuk ke dalam kondisi trance pada sesi terapi selanjutnya dengan cara Terapis membuat anchor yang nantinya bisa segera diaktifkan. 

Direct and Indirect Suggestion (Sugesti Langsung dan Tidak Langsung)

Dalam cara penyampaian Sugesti, dikenal pula dua istilah. Yang pertama adalah sugesti langsung (direct suggestion) dan yang kedua adalah sugesti tidak langsung (indirect suggestion). 
Direct suggestion sama dengan perintah. Klien diinstruksikan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Indirect Suggestion adalah sugesti yang diberikan dalam bentuk metafora atau cerita. Indirect suggestion lebih persuasif dan tidak terkesan seperti memerintah. Saat mendengar sugesti seperti ini, klien mencari sendiri makna atau menarik kesimpulan yang selanjutnya diterima oleh pikiran bawah sadarnya dan ditindaklanjuti. Lalu, manakah yang lebih baik? Direct atau indirect, jawabannya nanti sangat tergantung antara konten dan konteksnya. Misalnya, pada stage hypnosis lebih banyak digunakan direct suggestion, atau pada saat klien mengalami abreaction mungkin lebih baik menggunakan direct suggestion. Gunakan mana saja yang Anda rasa bisa memberikan pengaruh maksimal pada klien Anda. Yang paling penting adalah Anda harus bisa fleksibel, tahu kapan harus direct dan kapan harus indirect. Sayapun sering menggunakan keduanya saat menangani klien ataupun suyet. Seiring dengan semakin tingginya jam terbang, Anda akan semakin memahaminya pula.

Merancang Sugesti yang Efektif

Kenapa menggunakan kata "merancang" dan bukannya "membuat". Apa bedanya?, coba Anda rasakan sendiri perbedaan kedua kalimat ini. Sebagai seorang terapis, Anda perlu belajar untuk memiliki sense of linguistic atau peka terhadap bahasa. Apa makna dibalik setiap kata. Kata "membuat" mempunyai kesan asal-asalan. Semua orang bisa "membuat" termasuk yang bukan profesional sekalipun. Akan tetapi, kata "merancang" menunjukkan keseriusan dan kehati-hatian. "Merancang" tidak bisa semua orang, biasanya hanya dilkukan oleh orang yang memiliki kapabilitas dan profesional. 
Dalam merancang sugesti, banyak orang yang selama ini hanya berfokus pada struktur kalimat. Padahal ada dua tahapan dalam merancang sugesti. Tahap yang pertama, sugesti diformulasikan dan tahap kedua adalah menentukan bagaimana cara menyampaikannya. Kedua tahap ini sama pentingnya. Berikut beberapa hal yang perlu Anda jadikan acuan dalam merancang sugesti yang efektif:
  1. Gunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Sifat pikiran bawah sadar sama seperti anak-anak yang memberikan respon pada perintah yang jelas, apa adanya, dan tidak ambigu. 
  2. Positif - Sugestikan apa yang diinginkan/diharapkan. Ini yang patut dicermati, berfokuslah pada apa yang diinginkan bukan pada apa yang dikhawatirkan. Jangan menggunakan negasi. Misalnya "tidak malas", "tidak bodoh", atau sejenisnya. Mengapa demikian, karena pikiran tidak mengenal negasi. Cara kerja pikiran berbeda dengan bahasa, pikiran bekerja dengan simbol, gambar atau imajinasi. Kalau Anda berkata "tidak malas" yang muncul dipikiran adalah gambar orang malas. Jadi dari pada mengatakan "tidak malas", lebih baik katakan "rajin". Contoh: "Anda merasakan kepuasan dan kebahagiaan dengan makan makanan sehat yang membantu Anda untuk mencapai dan mempertahankan berat tubuh yang ideal dan sehat." Jangan katakan "Anda tidak suka makan junk-food dan makanan berlemak yang akan membuat Anda tetap gemuk."
  3. Libatkan emosi. Dalam merancang kalimat sugesti, Anda perlu memasukkan unsur perasaan dan emosi. Hal ini sangat efektif untuk orang yang emotional suggestible. Contohnya: rasakan betapa enak rasanya saat Anda masuk ke dalam kondisi relaksasi yang dalam seperti ini"
  4. Gunakan kalimat "sekarang". Gunakan kalimat "sekarang" (present tense), jangam kalimat "akan" (future tense). Buat seakan akan sugestinya tengah berlangsung saat sekarang. Dan terus berlangsung dimasa yang akan datang. 
Baiklah, demikian dulu pengetahuan yang dapat Saya bagikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat dan menjadikan kita sebagai terapis yang profesional dan bertanggung jawab secara keilmuan. 


Referensi:

Hypnotherapy: the art of subconcious restructuring. Adi W. Gunawan. 
Categories: