“Be flexible” maka BAHAGIA ITU KITA YANG PUTUSKAN

Posted by SEFRI NALDO on Januari 23, 2018 with No comments
“Be flexible” maka BAHAGIA Itu Kita Yang Putuskan

Pernahkah Kita merasa bahagia dalam hidup Kita? Tentu pernah, kan? Seburuk apapun kehidupan Kita, Kita pasti pernah merasakan kebahagiaan. Dan sebahagia apapun kehidupan Kita tentu Kita juga pernah merasakan kesedihan. Hal yang demikian sangatlah wajar karena itu memang sunatullah nya manusia. Anda mungkin sudah menyadari bahwa Tuhan selalu menciptakan segalanya berpasangan. Ada siang dan malam, bahagia dan sedih, kanan dan kiri, baik dan buruk, wanita dan laki-laki dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berbicara tentang bahagia, saya jadi teringat tentang sebuah pelatihan yang pernah saya ikuti. Sebuah pelatihan yang mengobrak-abrik paradigma kuno  di dalam kepala saya. Salah satu yang paling melekat di benak saya adalah tentang bahagia. Saya masih ingat betul dengan pertanyaan trainer nya saat itu,, “apa yang membuat anda merasa bahagia??”
Jika pertanyaan ini diajukan pada anak-anak muda mungkin sebagian mereka akan menjawab
“ketika nembak cewek dan cintanya diterima”
“ketika saya punya pacar”
“ketika memperoleh juara kelas”
“ketika diterima di perguruan tinggi negeri”
“ketika berkumpul dengan keluarga”
“tinggal di rumah mewah dengan keluarga kaya”
“kalau begini, kalau begitu Dan lain sebagainya.”
Lalu muncul pertanyaan berikutnya, bagaimana jika terjadi sebaliknya?
“ketika kamu nembak cewek dan ternyata ditolak”
“ketika kamu masih jomblo sementara yang lainnya punya pasangan”
“kamu kehilangan peringkat juara kelas”
“tidak dapat berkumpul dengan keluarga karena sudah mulai sibuk”
“keluarga jatuh miskin dan tinggal digubuk sederhana”
Adakah di antara anda yang mengalami hal serupa? Mungkin ketika anda sedang bahagianya memiliki pacar, lalu tidak lama kemudian tiba-tiba anda diputuskan padahal anda “merasa sangat sayang” dengannya. Kemudian ditambah lagi dengan anda mengetahui kenyataan bahwa ia memiliki selingkuhan yang ternyata jauh lebih cantik/gagah dan lebih segalanya dari anda? Sangat dramatis!!!!!
Sebagian orang mungkin merasa sangat terpukul, trauma, frustasi, depresi bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Mungkin juga ada di antara Anda yang mungkin merasa biasa-biasa saja. Tapi tetap memendam luka batinnya. Atau mungkin juga ada di antara anda yang berpikir untuk menemukan hikmahnya. Membingkai kembali peristiwanya menjadi jauh lebih bermakna positif dan berfokus pada solusi. Alih-alih patah hati, anda memilih mengatakan “NEXT”
Jika Anda golongan yang terakhir, saya akan katakan “EXCELLENT”. Tapi kabar buruknya adalah tidak banyak yang bisa berpikir demikian. Kenapa???
Guru saya mengatakan bahwa ternyata kebanyakan kita terlalu banyak menetapkan syarat untuk kebahagiaan kita. Sehingga kita menggantungkan kebahagiaan kita pada apa yang kita syaratkan harus terjadi. Maka apabila yang terjadi ternyata tidak memenuhi syarat maka kita merasa seolah-olah kita tidak punya pilihan selain merasa kecewa, sedih , merana dan lain sebagainya.
Kita membuat rumit kebahagiaan kita sendiri, menyalahkan keadaaan. Anda seolah-olah merasa menjadi korban keadaan. Pada akhirnya anda tidak menemukan esensi dari kebahagiaan
Come on!! Waktu tidak akan berhenti sembari anda meratapi nasib. Waktu terus berputar. Saya tidak bermaksud melarang anda untuk meratap. Hanya untuk tidak terlalu larut saja dalam ratapan yang sia-sia. Merataplah sebentar kemudian bangkit lagi dengan semangat baru.
Hal ini lah yang menjadi  slah satu output dari pelatihan yang saya ikuti tersebut yang juga merupakan salah satu pilar penting dalam NLP, yang disebut dengan flexibility behaviour. Menjadi fleksibel dalam memaknai hidup dan kehidupan.
Sebagaimana salah satu quote guru saya “Hiduplah flesibel, seperti PESILAT. Tahu waktunya MENYERANG, dan kapan harus MENGELAK. Karena hidup bukan hanya soal BERANI. Tapi juga STRATEGI.” (Arlin Teguh Ardani).
Kalau sudah demikian, maka bahagia menjadi jauh lebih sederhana. Bahagia adalah tentang kefleksibelan KITA dalam memilih preferensi/pilihan yang tepat yang jauh memberdayakan kita. BAHAGIA itu SEDERHANA. Saya BAHAGIA ketika saya memutuskan saya BAHAGIA.
“JADILAH FLEKSIBEL, MAKA BAHAGIA KITA YANG PUTUSKAN” dan saya memutuskan untuk bahagia mulai sekarang.

Ingatlah!!!! Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuhkan. Mungkin apa yang Anda dapatkan sekarang tidak sesuai dengan yang anda inginkan. Tetapi mungkin itulah yang anda butuhkan. Menemukan hikmah dari setiap peristiwa, jauh lebih dibutuhkan untuk peningkatan kualitas diri.
Categories: