“Be flexible” maka BAHAGIA Itu Kita Yang Putuskan
Pernahkah
Kita merasa bahagia dalam hidup Kita? Tentu pernah, kan? Seburuk apapun
kehidupan Kita, Kita pasti pernah merasakan kebahagiaan. Dan sebahagia apapun
kehidupan Kita tentu Kita juga pernah merasakan kesedihan. Hal yang demikian
sangatlah wajar karena itu memang sunatullah nya manusia. Anda mungkin sudah
menyadari bahwa Tuhan selalu menciptakan segalanya berpasangan. Ada siang dan
malam, bahagia dan sedih, kanan dan kiri, baik dan buruk, wanita dan laki-laki
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berbicara
tentang bahagia, saya jadi teringat tentang sebuah pelatihan yang pernah saya
ikuti. Sebuah pelatihan yang mengobrak-abrik paradigma kuno di dalam kepala saya. Salah satu yang paling
melekat di benak saya adalah tentang bahagia. Saya masih ingat betul dengan
pertanyaan trainer nya saat itu,, “apa yang membuat anda merasa bahagia??”
Jika
pertanyaan ini diajukan pada anak-anak muda mungkin sebagian mereka akan
menjawab
“ketika
nembak cewek dan cintanya diterima”
“ketika
saya punya pacar”
“ketika
memperoleh juara kelas”
“ketika
diterima di perguruan tinggi negeri”
“ketika
berkumpul dengan keluarga”
“tinggal
di rumah mewah dengan keluarga kaya”
“kalau
begini, kalau begitu Dan lain sebagainya.”
Lalu
muncul pertanyaan berikutnya, bagaimana jika terjadi sebaliknya?
“ketika
kamu nembak cewek dan ternyata ditolak”
“ketika
kamu masih jomblo sementara yang lainnya punya pasangan”
“kamu
kehilangan peringkat juara kelas”
“tidak
dapat berkumpul dengan keluarga karena sudah mulai sibuk”
“keluarga
jatuh miskin dan tinggal digubuk sederhana”
Adakah
di antara anda yang mengalami hal serupa? Mungkin ketika anda sedang bahagianya
memiliki pacar, lalu tidak lama kemudian tiba-tiba anda diputuskan padahal anda
“merasa sangat sayang” dengannya. Kemudian ditambah lagi dengan anda mengetahui
kenyataan bahwa ia memiliki selingkuhan yang ternyata jauh lebih cantik/gagah dan
lebih segalanya dari anda? Sangat dramatis!!!!!
Sebagian
orang mungkin merasa sangat terpukul, trauma, frustasi, depresi bahkan ada yang
sampai bunuh diri.
Mungkin
juga ada di antara Anda yang mungkin merasa biasa-biasa saja. Tapi tetap
memendam luka batinnya. Atau mungkin juga ada di antara anda yang berpikir
untuk menemukan hikmahnya. Membingkai kembali peristiwanya menjadi jauh lebih
bermakna positif dan berfokus pada solusi. Alih-alih patah hati, anda memilih
mengatakan “NEXT”
Jika
Anda golongan yang terakhir, saya akan katakan “EXCELLENT”. Tapi kabar buruknya
adalah tidak banyak yang bisa berpikir demikian. Kenapa???
Guru
saya mengatakan bahwa ternyata kebanyakan kita terlalu banyak menetapkan syarat
untuk kebahagiaan kita. Sehingga kita menggantungkan kebahagiaan kita pada apa
yang kita syaratkan harus terjadi. Maka apabila yang terjadi ternyata tidak
memenuhi syarat maka kita merasa seolah-olah kita tidak punya pilihan selain
merasa kecewa, sedih , merana dan lain sebagainya.
Kita
membuat rumit kebahagiaan kita sendiri, menyalahkan keadaaan. Anda seolah-olah
merasa menjadi korban keadaan. Pada akhirnya anda tidak menemukan esensi dari
kebahagiaan
Come
on!! Waktu tidak akan berhenti sembari anda meratapi nasib. Waktu terus
berputar. Saya tidak bermaksud melarang anda untuk meratap. Hanya untuk tidak
terlalu larut saja dalam ratapan yang sia-sia. Merataplah sebentar kemudian
bangkit lagi dengan semangat baru.
Hal
ini lah yang menjadi slah satu output
dari pelatihan yang saya ikuti tersebut yang juga merupakan salah satu pilar
penting dalam NLP, yang disebut dengan flexibility
behaviour. Menjadi fleksibel dalam memaknai hidup dan kehidupan.
Sebagaimana
salah satu quote guru saya “Hiduplah
flesibel, seperti PESILAT. Tahu waktunya MENYERANG, dan kapan harus MENGELAK.
Karena hidup bukan hanya soal BERANI. Tapi juga STRATEGI.” (Arlin Teguh Ardani).
Kalau
sudah demikian, maka bahagia menjadi jauh lebih sederhana. Bahagia adalah
tentang kefleksibelan KITA dalam memilih preferensi/pilihan yang tepat yang
jauh memberdayakan kita. BAHAGIA itu SEDERHANA. Saya BAHAGIA ketika saya
memutuskan saya BAHAGIA.
“JADILAH
FLEKSIBEL, MAKA BAHAGIA KITA YANG PUTUSKAN” dan saya memutuskan untuk bahagia
mulai sekarang.
Ingatlah!!!! Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi apa
yang kita butuhkan. Mungkin apa yang Anda dapatkan sekarang tidak sesuai dengan
yang anda inginkan. Tetapi mungkin itulah yang anda butuhkan. Menemukan hikmah
dari setiap peristiwa, jauh lebih dibutuhkan untuk peningkatan kualitas diri.